Halaman

Selasa, 08 Januari 2019

Mengapa Ada Orang yang Tidak Mau Menerima Nasehat?

Menyampaikan sebuah kebenaran itu adalah kewajiban bagi kita seorang muslim, karena merupakan bagian dari amar ma'ruf nahi munkar. Dalam sebuah hadist dikatakan:
قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرَّا
"Katakanlah yang benar walau pahit sekalipun" (HR. Abu Dawud)

Menyampaikan sebuah kebenaran dan juga nasehat itu tidaklah mudah, ada konsekwensi buruk yang terkadang harus kita tanggung dibelakangnya. Sisi baik yang bisa kita dapatkan adalah menjaga saudara, kawan atau orang lain dari terjerumus pada keburukan dan kemaksiatan. Akan tetapi terkadang respon yang berbeda malah kita dapatkan. Yang terjadi adalah, yang diberi nasehat menjadi marah, hatinya dongkol,  benci pada kita, bahkan bisa jadi memutuskan tali silaturahmi.

Mengapa semua itu bisa terjadi?

1. Cara kita memberi nasehat salah
Kita tahu bahwa sifat manusia itu berbeda-beda. Ada yang pemarah, sensitif, penyabar, lapang dada dan lain sebagainya. Untuk itu, ketika menyampaikan nasehat, kita juga harus memahami sifat orangnya. Bagi orang yang penyabar dan lapang dada, tentu tidaklah sulit untuk menyampaikan sebuah kebenaran kepadanya. Tapi bagi orang yang sensitif, apalagi ditambah suka marah, maka dalam menyampaikan nasehat harus sehalus mungkin. Ini bertujuan agar tidak menyinggung mereka, sehingga maksud dan tujuan dari yang kita inginkan bisa tercapai.

2. Salah waktu dan tempat
Salah satu adab dalam memberikan nasehat adalah jangan sampai menyampaikannya dimuka umum. Hal ini akan membuat malu mereka. Demikian juga waktunya, kita harus bisa memilah-milah kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan atau menyimpannya sementara waktu. Dengan melihat tempat dan waktu yang tepat, maka kemungkinan diterimanya nasehat akan lebih besar.

Kalau dua faktor diatas adalah dari sisi yang menyampaikan nasehat, yang berikut ini adalah faktor dari dalam penerima nasehat.

3. Merasa paling benar (keras kepala)
Orang yang keras kepala biasanya sukanya ngeyel. Dia akan terus mencari alasan dan berkelit untuk menunjukan bahwa dirinyalah yang paling benar. Orang seperti ini akan tutup mata, tutup telinga dari segala macam alasan, bukti atau hal pendukung lainnya. Alasannya cuma satu, dia merasa yang paling benar.

4. Merasa lebih baik (sombong)
Mencari hikmah atau manfaat itu bisa dari mana saja. Bahkan dari hewan pun, bisa ada hikmah yang patut diambil. Contohnya etos kerja pada semut, hal ini bisa terapkan pada sebuah tim atau kelompok kerja. Tapi ketika seseorang sudah merasa lebih baik dari orang lain, maka dia akan sulit untuk menerima sebuah nasihat. Orang kaya, yang merasa dia itu lebih kaya dari orang lain, dia tidak akan mau menerima nasehat dari si miskin. Demikian juga orang yang merasa punya ilmu lebih banyak atau berpendidikan lebih tinggi, tidak akan mau menerima nasehat dari orang yang berpendidikan rendah. Semua itu terjadi karena sifat sombong sudah menyatu dalam dirinya.

5. Gengsi
Jaman sekarang, yang namanya gengsi itu sudah mewabah kemana-mana. Beberapa bahkan sudah ada yang melekat erat sehingga sulit untuk dihilangkan. Orang yang gengsinya tinggi, tentunya sulit untuk bisa menerima sebuah nasehat. Dia akan merasa malu bila sampai menuruti nasehat orang lain. Didalam dirinya biasanya sudah terdapat dua sifat diatas, yaitu keras kepala dan sombong.

6. Rasa benci
Apabila rasa benci itu dipelihara, maka ia akan menutupi segala hal termasuk kebenaran dan kebaikan. Orang yang sudah terlanjur benci pada seseorang, dia tidak akan bisa menerima nasehat dari orang yang dia benci tersebut. Walaupun yang dikatakannya adalah hal baik dan benar. Kebenaran itu akan tertutupi oleh rasa bencinya, sehingga semuanya kelihatan salah dan buruk.

Dalam keseharian hidup ini, tugas kita sebagai manusia adalah untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan kepada sesama. Hal ini dimaksudkan agar kita semuanya sama-sama tetap berada dijalur yang diridhoi oleh Allah. Andaikan setelah kita menyampaikan nasehat atau sesuatu hal yang benar ternyata tidak bisa diterima oleh orang yang dituju, itu adalah kekuasaan Allah.
Dalam Al Qur'an surat Al-Qaşaş : 56, diterangkan,
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."

Yang menjadi kewajiban kita adalah berusaha menyampaikan dengan cara yang baik dan dalam waktu juga tempat yang benar. Untuk hasilnya, kita serahkan saja pada Allah SWT, karena Dia-lah yang lebih tahu yang terbaik bagi makhluk-Nya.
Wallahu a'lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar