Halaman

Senin, 25 Februari 2019

Perlukah Seorang Muslim Menjadi Kaya?

image source: tribunnews.com
Dalam sebuah hadist dijelaskan,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

“Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Hadist ini menerangkan bahwasanya orang miskin yang beriman akan masuk surga lebih dahulu dibandingkan dengan orang kaya, yang tentunya beriman juga.
Lalu, apakah seorang muslim perlu menjadi kaya?

Dalam hadist lain diterangkan,
Sahabat yang mulia, ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu berkata:

بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : “خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى “. فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ : “إِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً “. قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . فَقَالَ “: يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ “

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang kepadaku, beliau memerintahkan, “Ambillah pakaianmu dan senjatamu, lalu menghadaplah kepadaku!” Aku pun mendatangi beliau ketika beliau sedang berwudhu’. Beliau melihat-lihat kepadaku, kemudian bersabda, “Aku akan mengutusmu memimpin satu pasukan, semoga Allâh akan menyelamatkanmu dan memberimu harta rampasan perang. Aku berharap engkau menyukai harta dengan kesukaan yang baik”. ‘Amr bin al-Ash mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, aku tidak masuk Islam karena harta. Tetapi aku masuk Islam karena mencintai Islam dan agar aku bersama Rasûlullâh “. Maka beliau bersabda, “Hai Amr, sebaik-baik harta yang baik adalah untuk orang yang shalih”.(HR. Ahmad, no. 18236; dishahîhkan oleh al-Albâni di dalam Takhrij Kitab Musykilatul Faqr)

Dalam keterangan lain dijelaskan pula,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Manusia berbeda pendapat, mana yang lebih utama: orang fakir (miskin) yang sabar atau orang kaya yang bersyukur? Pendapat yang benar adalah: orang yang lebih utama dari keduanya adalah yang paling bertakwa. Jika ketakwaan keduanya sama, derajat keduanya sama, sebagaimana hal ini telah kami jelaskan di tempat yang lain. Sesungguhnya orang-orang fakir (miskin) akan mendahului orang-orang kaya menuju surga. Karena tidak ada hisab (penghitungan harta) terhadap orang-orang fakir, sedangkan orang-orang kaya akan ada hisab (penghitungan harta). Maka orang kaya yang kebaikannya lebih banyak dari kebaikan orang miskin, derajatnya di surga lebih tinggi, walaupun lebih lambat masuk surga dari orang miskin. Sedangkan orang kaya yang kebaikannya di bawah kebaikan orang miskin, derajatnya di surga lebih rendah dari orang miskin”. (Majmû’ Fatâwa 11/21)

Dari beberapa keterangan diatas, menurut pemahaman saya, orang muslim tetap perlu menjadi kaya. Harta akan lebih bermanfaat apabila berada ditangan muslim yang benar.

Zaman sekarang ini, untuk berkuasa, kekuatan utamanya adalah modal. Negara adidaya, adalah negara yang modalnya alias kekayaannya luar biasa. Lihat saja Amerika Serikat atau Tiongkok. Jikalau ingin Islam berkembang dan besar, tentu juga harus punya modal yang cukup. Salah satunya adalah modal harta, karena harta adalah juga senjata. Bahkan yang paling ampuh.

Orang kaya mungkin akan masuk surga lebih lambat dari orang miskin. Karena orang kaya lebih lama hisabnya. Akan tetapi derajatnya di surga bisa lebih tinggi dari orang miskin tersebut.

Mengapa?

Karena jika dia punya kekayaan, dia bisa zakat, dia bisa lebih banyak menolong orang, lebih banyak shodaqoh, serta bisa lebih banyak melakukan kebajikan dengan hartanya.

Ibadah juga perlu modal. Sholat dengan memakai baju kualitas terbaik, tentu lebih baik daripada apa adanya. Membangun tempat ibadah agar nyaman, juga butuh biaya. Ingin naik haji, juga butuh biaya. Ingin berjihad di jalan Allah, akan sulit dilakukan tanpa sokongan harta. Dari sini kita bisa melihat bahwa harta menempati posisi penting didalam ibadah-ibadah tertentu yang diperintahkan Allah swt.

Harta merupakan sarana untuk mencapai kebaikan. Setiap sesuatu yang menyampaikan kepada kebaikan adalah kebaikan pula. Dalam hal ini, harta punya peran penting dalam terwujudnya sebuah kebaikan.

Akan tetapi, terkadang kekayaan bisa membuat orang terlena. Semakin kaya, membuat semakin cinta dunia. Semakin cinta harta. Semakin sibuk mengurusi hartanya. Akhirnya melupakan agamanya. Inilah yang dilarang dalam Islam, dalam hal mencari harta benda.

Dalam Al Qur'an  disebutkan,
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. “ ( Q.S. Al-Jumuah : ayat 10 )

Mencari kekayaan, tidak dilarang dalam Islam. Akan tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan kita lupa akan hakikat manusia itu sendiri, yaitu menyembah pada Tuhannya.
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar